As certification of angklung as the 4th world’s Intangible Cultural Heritage from Indonesia, Pameran Purwa Angklung Indonesia dedicated to introduce the treasure of angklung’s rich culture to the world. It’s main aims are to expand the knowledge about the history, development, function of angklung primarily to engage with an international and national audience.
Dalam rangka peresmian Angklung sebagai warisan dunia tak benda ke-4 asal Indonesia., Pameran Purwa Angklung merupakan upaya untuk memperkenalkan khazanah budaya Angklung. Sekaligus untuk membuka cakrawala mengenai sejarah, perkembangan, dan fungsi Angklung tidak hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga dunia.
Secara etimologis, kata Angklung berasal dari kata angka, yaitu berarti nada, dan kata lung yang berarti patah atau hilang. Berdasarkan pengertian tersebut, Angklung kemudian dapat dikatakan sebagai nada atau laras yang tidak lengkap (Soepandi dan Atmadibrata,1977:12). Terbuat dari bamboo yang merupakan tanaman purba yang memberi banyak manfaat bagi manusia, Angklung telah turut mengukir wajah budaya Indonesia, khususnya Jawa Barat.
The Angklung is also one the primary art resources which plays a significant role in ritual ceremonies, association, entertainment, and performances which show the valuable way of life. The Angklung philosophy which is known as 5M- Mudah (easy), Meriah (Cheerful), Menarik(Interesting), Mendidik (Educative), and Massal (Massive) has made angklung more popular across the world today.
Selain itu, Angklung juga merupakan salah satu sumber daya yang melahirkan karya seni sebagai sarana pengantar upacara-upacara ritual, pergaulan, hiburan, tontonan dengan pengungkapan nilai-nilai pandangan hidup. Filosofi angklung yang dikenal dengan 5M ; mudah, meriah, menarik, mendidik, dan massal membuat angklung kini makin digemari di seluruh penjuru dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar